Kelakar angin mengusik garis senja
Digiringnya helaian awan ke sisi dermaga
Perhentian pikiran, muaranya perasaan
Berbatas cakrawala di jingga bola mata
Sekali lagi kubuang ini muka tepat ke angkasa
Lamat-lamat riuh dan membahana
Seperti usapan angin berjuta-juta
Titian waktu merona rupa-rupa
Nampak anggun selebihnya pudar sirna
Sekali lagi kuredam ini darah yang bergelora
Pada buliran nafas yang masih terjaga
Semakin kentara semerbak udara
Melandaikan malam gitu jalannya tergesa
Hingga tunduk luluh pada peraduan yang sama
Sekali lagi kutulis ini kalbu pada gemintang bercahaya
Demi aku dan sebuah pena
Berharap sekali lagi ini kali terakhir kuarungi lautan purnama...
7 Komentar
nice poem...
Duh blognya bagus banget yak... keren!
sungguh!
sulit banget mengertinya, padahal sudah dibaca berulang-ulang.
makasih supportnya n kunjungannya.
bagus banget nih...
seneng baca2 disini.
nulis lagi ya!
Ehm, yang jelas inversinya menarik... hehee
Wow! puisi yang bagus dengan pemilihan kata yang pas, kata "Demi aku dan sebuah pena" adalah identitas lekat seorang pujangga :-)
mantap .... hati ini sejuk....
Posting Komentar