Bilakah ia bernyanyi di malam hari
Suaranya tetaplah gema dalam hati
Tanpa untaian kata dan melodi samasekali
Bagai malam itu sendiri yang terlahir sunyi
Ia tidak mati tapi tidak pula terlihat hidup
Nafasnya menggantung di langit biru
Entah harus bagaimana menghadapi lidahnya yang kelu
Sebab hatinya terasa dan telah membatu
Bilakah ia bernyanyi lagi di malam hari yang lain
Suaranya tetaplah sama, hanya gema dalam hati
Tanpa untaian kata dan melodi samasekali
Bagai malam itu sendiri yang terlahir sunyi
Ia tidak mati tapi tidak pula terlihat hidup
Nafasnya menggantung di langit biru
Entah harus bagaimana lagi menghadapi lidahnya yang kelu
Jika hatinya kutahu kini benar membatu, keras lagi bisu
3 Komentar
puisinya bagus...
(gk ngerti mau komen apa hehe...)
Siapa gerangankah itu, bro? Bahasanya mendayu-dayau, memantik riak kegelisahan yang menggetrakan empati.
"maka alangkah curam lelembah kawah hatimu; desau leletih angin menunggu diammu membatu bercadas magma, jentik reriak hujan menunggu sukmamu bergemuruh sirna...."
Salam akrab, bro....
jadi kangen...................
Posting Komentar