Untuk Tuhan

Bercermin di tanah
Menghisap awan
Tengadah memburu angkasa
Tiada hidup selain ini saja?

Kutemui titik jiwa
Di antara savana
Dibakar mentari, kayu-nya kering langit
Meradang debu, selanjutnya menghitam abu

Satu kali-pun,
Jangan tawari aku keindahan
Dari bunga-bunga atau apapun juga
Andai kau perlu tahu, disini tawa berbias dan bicara

Pinjamkan saja aku sepasang mata
Jika aku terpaksa seolah buta
Sulit menatap air hujan
Sulit pula meraba rinai berderai

Maka bersujud dan luruh
Pancang di langit penuh guruh
Sebab aku kecil dan bakal runtuh
Tiada seperti-Mu gitu kukuh

Tuhan,
Hampiri aku dalam lentiknya badai
Rengkuh dan bawalah serta...

11 Komentar

30 Oktober 2009 pukul 23.17

wuihh,...
co cweet...

bagus bgt puisinya!!!

30 Oktober 2009 pukul 23.48

Bagus artikelnya... blognya bagus! salam kenal..

31 Oktober 2009 pukul 15.26

wow... bagus bro puisinya..

1 November 2009 pukul 02.28

sebuah pengakuan yang sungguh manusiawi...
hmmmmm
tulisannya bagus2
..
mari bertukar link
:D
salam

1 November 2009 pukul 23.53

blognya keren banget bro....n puisinya full dgn kata2 bermakna, cukup sulit dipahami orang awam sepertiku, tapi inilah bahasa puisi khas pujangga sejati :)

2 November 2009 pukul 10.48

Mantep sob puisinya,btw jago tulis puisi n blh nich pesan xixixi...:D

4 November 2009 pukul 21.02

puisi yang bagus, dan penuh makna....
jangan lupa di link ya blog gue

14 November 2009 pukul 05.44

thanks untuk share renungannya. Have God Have All

20 November 2009 pukul 00.00

wew,keren sob syairnya:)

Anonim
24 November 2009 pukul 04.37

nice poem sob :)

puisi tentang Tuhan yg menyentuh....

4 Maret 2010 pukul 07.48

biarlah mata ini tidak hanya sekedar melihat keindahan dunia, tapi biarkanlah keindahanMu dapat berdiam dalam hati memberi WARNA kehidupan. btw nice posting

Posting Komentar

© 2008 - 2012 | aephobia
0, 0